Dari Ubay bin Ka’ab –radhiyallahu ‘anhu- berkata:
“Saya berkata: “Wahai Rasulullah, sungguh saya telah memperbanyak bershalawat kepadamu, lalu seberapa banyak saya jadikan shalawat saya kepadamu di dalam doa saya ?, beliau menjawab: “Silahkan saja”, ia berkata: “seperempat ?”, beliau menjawab: “Silahkan saja, dan jika kamu tambah maka akan lebih baik”. Saya berkata: “setengahnya ?”, beliau menjawab: “Silahkan saja, dan jika kamu tambah maka akan lebih baik bagimu”. Saya berkata: “Dua pertiga ?”. beliau menjawab: “Silahkan saja, dan jika kamu tambah maka akan lebih baik”. Saya berkata: “Akan saya tujukan shalawatku kepadamu pada semua waktu”. Beliau menjawab: “Kalau begitu, maka akan dipenuhi semua keinginanmu, dan dosamu akan diampuni”.
Imam Tirmidzi berkata: “Hadits hasan shahih”, Dihasankan oleh Al Mundziri di dalam At Targhib wa Tarhib, dihasankan juga oleh Al Hafidz di dalam Fathul Baari (11/168), Al Baihaqi memberikan isyarat di dalam Asy Syu’ab (2/215) dengan menguatkannya, dishahihkan oleh Albani di dalam Shahih At Targhib (1670).islamqa.info
Dengan begitu bisa difahami bahwa boleh saja seseorang bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam antara adzan dan iqamat namun itu seharusnya tidak dibaca di pengeras suara sehingga mengganggu orang sekitar (termasuk mengganggu orang yang sedang melaksanakan shalat). Syeikhul islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
“Tidak diperkenankan seorang pun mengerasakan bacaan yang dapat mengganggu jamaah shalat lainnya.” (Majmu Fatawa Ibnu Taimiyyah , 23/61).
Bacaan shalawat yang boleh juga shalawat yang isinya tidak melanggar syariat, dan bacaan shalawat tersebut tidak dibaca dalam bentuk dan waktu khusus namun tanpa didasari dalil. Wallahu ta'ala a'lam