Oleh : Ustadz Firanda Andirja, MA
Ustadz tidak harus jadi mudir/pimpinan
عن أبي ذرٍّ، قال: قال لي رسول الله - صلى الله عليه وسلم -:«يَا أَبَا ذَرٍّ، إِنِّي أَرَاكَ ضَعِيفًا، وَإِنِّي أُحِبُّ لَكَ مَا أُحِبُّ لِنَفْسِي، لَا تَأَمَّرَنَّ عَلَى اثْنَيْنِ، وَلَا تَوَلَّيَنَّ مَالَ يَتِيمٍ»
Dari Abu Dzar radhiallahu 'anhu, ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadaku :
((Sesungguhnya aku melihatmu lemah, dan menginginkan kebaikan bagimu kebaikan yang aku sukai untuk diriku. Janganlah engkau memimpin dua orang, dan janganlah engkau mengurusi harta anak yatim))
(HR. Muslim)
Tidak diragukan lagi akan kuatnya iman Abu Dzar dan betapa zuhudnya beliau. Akan tetapi beliau lemah dalam "kepemimpinan" dan idaroh.
Karenanya kepemimpinan butuh ilmu dan kekuatan dalam memimpin.
Ada sabagian ustadz yang masya Allah hebat dalam ilmu dan kepemimpinan.
Namun ada juga ustadz yang kuat ilmu namun lemah dalam idaroh/managemen.
Meski banyak ustadz punya jiwa kepemimpinan, akan tetapi jiwa dan semangat memimpin saja tidak cukup, perlu juga jago dalam pengaturan. Banyak orang jago dalam teori tapi praktik belum tentu bisa.
Wallahu a'lam.
_______
Dipost Ustadz Firanda Andirja, MA -hafizhahullah- Khamis 8 Dzulqo'dah 1437 / 11 Agustus 2016